Radar Batu, BATU – Warga Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji tetap semangat menjaga tradisi dengan melakukan ‘Ngudek Jenang’ bersama dalam rangka selamatan desa sebagai ucapan syukur, memohon perlindungan Sang Pencipta, dan tolak bala.
Selain itu tujuan yang tak kalah penting yaitu sebagai uri-uri budaya yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Bukan hanya keselamatan, terciptanya kerukunan umat beragama juga menjadi tujuan utama.
Kepala Desa Tulungrejo, Suliono mengatakan puluhan warga berkumpul mengaduk secara bergantian di atas 5 wajan besar berukuran 1,35 meter. Mereka membuat 100 kilogram adonan jenang.
“Setiap wajan mengolah 20 kilogram jenang. Ini menjadi tradisi yang selalu dilakukan warga untuk menjaga kesatuan dan persatuan serta keguyuban desa. Terpenting sebagai ucap syukur kepada Sang Pencipta dan memohon keselamatan, dijauhkan dari penyakit,” kata Suliono, Rabu (11/8/2021).
Menurutnya Ngudek Jenang yang dalam bahasa Indonesia berarti mengaduk jenang merupakan tradisi masyarakat desa sejak dahulu kala. Tradisi ini selalu dilakukan saat selamatan desa, hajatan pernikahan maupun saat merayakan Hari Raya Idul Fitri.
“Ada filosofi dari ngudek jenang ini, yakni seberat-berat mengaduk jenang akan menjadi ringan. Karena jenang itu harus dimatangkan dengan sekuat tenaga kita secara bersama. Dari situlah terciptanya guyub dan rukun,” tambahnya.
Total ada 5 wajan untuk memproses jenang, 1 di kantor desa, dan 4 di wisata Kebon Desa. Dalam proses pembuatan nampak warga mengaduk campuran tepung beras, tepung ketan, gula jawa, kelapa serta jahe yang dimasak dalam satu wajan. Wajan ini ditaruh diatas pawonan, sebuah kompor yang terbuat dari tanah berbahan bakar kayu.
“Nantinya jenang yang sudah matang akan dibungkus dengan menggunakan daun pisang, kemudian dibagikan kepada semua warga untuk disantap bersama,” tutupnya. (Asi)